Bacalah kutipan berikut! Tak ada jalan sama sekali dengan ideologi para anggota komunitas Tarmizi bukanlah pemimpin sebuah toko atau mengorganisasi kelompok eksklusif dengan ideologi tertentu. Simbol warna hitam sebagai ciri khas keberadaan komunitas yang ia kelola – termasuk pada sejumlah bangunan tempat tinggal, warung dan rumah baca mereka yang juga dicat hitam – di kawasan Sekupang, Batam, hanyalah semacam penanda kata Tarmizi (35), lelaki kolahiran Rumbai, Riau, namun dibesarkan di kampung halaman ibunya (Nuraini) di Rao Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat. Adapun ayahnya, (almarhum) Saiful Nasution, berasal dari Sumatera Utara Rumahitam sebagai anak ideologis Tarmizi memang mengandung makna simbolik. Bagi Tarmizi, rumah tam adalah sebuah sudut pandang tentang Batam yang kian tak ramah pada lingkungan sosial dan budaya lokal Di tengah atmosfer kesenian di Batam yang mandok Tarmizi melakukan perlawanan lewat puisi yang ia tulis dan balik dinding tripleks di rumah liar masyarakat Batam menyebutnya “ruli – yang ia huni di kawasan Batuaji Isinya memang lebih banyak mengungkap sisi kolam di balik gemerlap lampu wama warni pombangunan di Pulau Batam. “Kami di Batam memang hidup bagaikan di rumah yang hitam Sebagian besar orang cenderung mengikuti sesuatu yang buruk sebuah lingkungan yang hitam dan kolam Saya merasa tinggal di sini, di rumah yang hitam itu. Tetapi, kalau mau jujur kondisi semacam ini juga menyungkupi negeri ini Indonesial” kata Tarmizi. Sumber: Kompas, 21 April 2008 Ubahlah pola penyajian teks biografi tersebut menjadi naratif utuh tanpa dialog